Dengan
dzikir tanpa henti, aku masih mencoba tenang. Meskipun banyak lalu lalang
motor, tapi aku merasa begitu takut dengan settingan
jalan ini. Jalan yang lengang, yang dikelilingi oleh bangunan pabrik tua tak
terawat. Penerangan jalan yang tak begitu terang, ditambah suasana alam
menjelang maghrib.
Aku
masih berjalan menuntun motorku dengan perasaan campur aduk. Tenang yang
dipaksakan, melawan kepanikan yang begitu dahsyat. Jalan menuju rumahku masih
sekitar 2 KM lagi. Aku pesimis apakah aku bisa melampaui jarak sejauh itu
dengan berjalan kaki sambil menuntun motorku. Apalagi dengan kondisiku
saat ini. Namun, aku pasrah saja dengan
skenario ini. Aku juga yang salah, tidak teliti dan hati-hati. Menggampangkan sesuatu
yang sebenarnya fatal. Aku hanya mampu berdzikir dan tetap menjaga dawai
ketenangan.