Minggu, 11 Maret 2012

NAK, CERIAMU ADALAH BAHAGIA KAMI [sepotong episode Nafisah Jinan ‘Ismah Mimosa]


Melihatnya tergolek lemah,  aku hanya bisa meneteskan air mata. Wajah bulatnya sepertinya menahan sesak nafas yang membuatnya begitu kesusahan bernafas. Ah, seandainya sakit itu bisa dialihkan kepadaku, aku akan lebih lega, karena minimal tak melihatnya kesakitan.
Nafisah Jinan ‘Ismah Mimosa. Anak tercintaku. Jumat pagi itu harus kami bawa ke IGD PKU Muhammadiyah Solo, karena semalaman sesak nafas hingga tidak mau tidur. Boro-boro tidur, bernafas saja rasa-rasanya butuh tenaga ekstra. Sekedar rebahan saja sepertinya dia tak sanggup. Hanya nangis dan seandainya ‘dia sudah bisa bicara’ mungkin dia akan berkata: “Abi, Umi, dadaku sakit...”
Tapi karena bicaranya masih sebatas, Abah, Mamah, Embah,

Detik Itu Membawaku Untuk Jatuh Cinta


Aku sedang jatuh cinta,
kepada sebuah tatapan yang aku sendiripun tak sanggup mengartikannya...
Aku sedang jatuh cinta,
kepada sebuah senyuman yang aku selalu tersipu dibuatnya...
Aku sedang jatuh cinta,
kepada sebuah sentuhan yang tak ada bandingannya...
Aku sedang jatuh cinta,
kepada sebuah wejangan-wejangan yang terasa sejuk saat mendengarnya...

Tahukah kau,
Aku sedang jatuh cinta,
kepada sebuah rangkulan tangan yang membuatku bergetar...
dan aku jatuh cinta
kepada sebuah nyanyian jiwa yang tertunduk aku dibuatnya...

Aku sedang jatuh cinta,
kepada sebuah hentakan kaki yang begitu terasa mengayomi
Dan akupun jatuh cinta,
kepada sebuah hati yang entah terbuat dari apa
hingga begitu penuh dengan alunan nada yang begitu sempurna...

Ah, aku sedang jatuh cinta...

Kehidupanku menjadi begitu penuh warna sesaat setelah kau hadir dengan segala dayamu,
Pagi begitu menyejukkan, siang penuh semangat tak terbatas, sore pun kulalui dengan detik yang merdu, hingga malampun begitu penuh kekhusyukan...
Shubuh-shubuh ku hingga tahajud-tahajudku begitu penuh dengan nada pengharapan sebagaimana kau begitu penuh harap kepadaNya,

Kau melantunkan lagu-lagu kehambaan,
Mendendangkan nyanyian ketawadhuan,
Mengajarkan qanaah,
Membelajariku murojaah,
Hingga kau pun tak ridho saat waktuku terlewat sia-sia...

Kau ajarkan apa itu sujud yang sesungguhnya,
Kau ajarkan apa itu ikhlas, ridho, sabar, dan kau belajari aku agar tak hanya tahap teori...
Kau pulalah yang akhirnya membuatku tersadar sesungguhnya hidup harus penuh syukur,
Penuh mujahadah, penuh perjuangan, penuh senyum dan penuh prasangka baik...

Dan sejak detik itu, akupun jatuh cinta tanpa batas kepadamu....